“SI
TULANG PUNGGUNG” DAN “SI BOS” DALAM BLU UNDANA
Dr.
Aksi Sinurat,SH.,M.Hum.
Dosen Fakultas Hukum & PPs
Undana
Sejak Undana beralih dari satuan
kerja (satker) ke Badan Layanan Umum (BLU) tidak pernah luput dari kritikan
baik secara substansi, struktur pengelolaannya, maupun budaya kerja di Undana. Secara
substansi, apabila dipahaminya secara positif tentu untuk memberikan layanan
yang sebesar-besarnya bagi seluruh civitas akademika Undana, namun dilihat dari
potensi yang ada, dapat dikatakan undana belum dapat menata setiap pendapatan
sesuai pengeluran yang tersedia.
Secara struktural diharapkan agar setiap
tupoksi dapat diukur dari pelaksanaan perencanaan kerja, target kerja dan
luaran dari setiap komponen yang ada. Namun dalam kenyataannya, hal ini terbalik arah sebab mungkin belum
tertata begitu rupa sehingga mental satker belum berubah ke BLU. Banyak
komponen yang hanya penuhi struktur Undana namun fungsinya seperti satker. Semestinya apabila mau bijaksana tentu perlu
dievaluasi terus menerus agar tidak menjadi bumerang sebab komponen yang ada
harus terukur suasana akademiknya.
Jika dilihat dari budaya kinerja
yang ada di Undana, belum terukur secara matang baik dari sisi pendapatan
maupun pengeluaran. Malah menjadi terkesan bahwa siapa yang duduk dalam kursi Si Bos
maka pasti mendapatkan pundi-pundi yang lebih banyak atau upah tanpa kinerja
secara baik, pertanyaannya bagamana dengan keadilan subtantif disini.
Perhitungan
Insentif BLU
Insentif BLU Undana dihitung
berdasarkan kemauan Sistem Remunerasi (Si
Remun), tanpa melihat kinerja dosen atau pun pegawainya. Sebut saja dosen
datang mengajar, tentu kalau dosen cuman datang mengajar itu pasti tidak
terakumulasi secara matang dan seimbang untuk dibayarkan oleh Si Remun, demikiam pun juga sangat
memprihatinkan bagi Si Tulang Punggung
yang hanya membimbing dan menguji saja, Si
Remun tidak akan membayar dengan alasan tidak terakumulasi dan berimbang
dalam tupoksinya, dan hal itu semua hanya sebatas kerja bakti bagi Undana.
Si
Remun apabila dilihat dari cara kerja dan cara
membayar orang Undana, dia tidak mau supaya dosen tidak hanya kerja satu atau
dua tupoksinya saja, melainkan harus terakumulasi berdasarkan tridharma
perguruan tinggi yakni pengajaran, penelitian dan pengabdian. Hal itu memang Si Remun tegas tentang itu, namun
kesempatan bagi setiap dosen untuk menempuh semua pelaksanaan tridharma belum
merata dan belum diberikan seluas-luasnya secara bebas bagi dosen untuk berkompetesi.
Misalnya pengabdian dan penelitian tidak semuanya harus berkesempatan yang sama
untuk melaksanakan tugas pokok tersebut tetapi bisa saja, siapa yang dekat
dengan Si Bos, atau berbuat baik
bagi Si Bos, bahkan memang Si Bos suka dia, tentu pasti dapat.
Si
Remun juga membuat semua orang ingin protes dengan
setiap kinerja yang telah dilaksanakan tanpa dibayarkannya. Si Remun sulit untuk diprotes dari
kalangan mahasiswa sebab mahasiswa tidak merasakannya secara masif. Namun ke
depan apabila Si Remun tetap dengan
cara itu, maka pasti banyak dosen yang mogok dengan kemauan Si Remun ini, sebab dosen harus
melaksanakan tupoksi secara berimbang, terakumulasi dan terbatas, untuk
melayani mahaisiswa. Terbatas berarti setiap dosen hanya kejar 40 SKS, sehingga
apabila Si Tulang Punggung sudah
mendapatkan posisi aman dengan SKS yang ada, maka selesai sudah berkinerja
tanpa melihat aspek tujuan utama pelayanan BLU-nya. Sehingga yang pasti
mahasiswa akan menjadi korban.
Penggelembungan
Pundi-pundi bagi “Si BOS”
Sebagai seorang pemimpin dalam
struktur Undana, tentu pasti menjadi Si
Bos karena Si Remun membayar secara
fantastis. Si Remun membayar Si Bos
dengan ukuran sebagai pimpinan komponen pendukung sivitas akademika undana.
Anehnya Si Remun tidak
mempertimbangkan target kerja dan aspek luaran dari Si Bos dalam suasana akademik di lingkungan Undana, atau dengan
pertanyaan sejauhmana kinerja Si Bos
dalam suasana akademik di lingkungam sivitas akademika undana? Misalnya pengelola
pusat komputer saja di setiap komponen lembaga di Undana, mestinya diukur dari
situasi akademiknya, sejauh mana komponen itu memberikan layanan bagi sivitas
akademika undana terutama mahasiswa. Namun hal ini Si Remun lupa akan hal itu, pada hal akreditasi selalu mempertanyakan
hal “Suasana Akademik” sebagai
target pemberian nilai dari asesor BAN PT. Artinya setiap komponen harus
memiliki suasana akademik, namun kalau Si
Remun mengabaikannya maka sama dengan tidak mau komponen pendukung tersebut
terakreditasi secara pantas dan layak.
Si
Bos itu hanya mengumpulkan paling sedikit 9
SKS bagi Si Remun, tentu saja sudah
menikmati bayaran dari Si Remun
dengan harga yang sangat fantastis. Si
Remun meniadakan kerja dosen yang
telah menguji, membimbing dan lain-lainnya yang harus masuk dalam kategori
kinerja, Si Bos tanpa itu pun, telah
terakumulasi untuk mendapatkan yang terbanyak dari Si Remun. Menjadi tidak seimbang dengan Si Bos adalah Si Bos menerima
banyak dari Si Remun, lantas Si Tulang Punggung hanya sedikit, sekalipun
Si Tulang Punggung telah memperoleh
SKS diatas 40, bahkan memperoleh 100 SKS lebih pun, namun Si Remun tetap tidak respek terhadap kinerja itu. Lebih hancur lagi
Si Tulang Punggung (Dosen yang
bergelar Doktor, Profesor/Guru Besar) telah mengajar dan membimbing serta
menguji untuk mahasiswa strata dua dan tiga, namun tetap dihitung sama dengan
mengajar di strata satu, dan bahkan bisa hilang kinerja itu kalau sudah lebih 40
SKS yang diperolehnya, dan hal itu tidak akan dihitung sedikit pun oleh Si Remun.
Si
Bos memang luar biasa hebatnya, mengabaikan
suasana akademik dalam konteks pelayanan kepada sivitas akademika Undana. BLU
sudah berjalan hampir dua periode kepemimpinan para Si Bos, namun sepertinya tidak berefek apa-apa bagi nilai luaran Undana.
Bahkan yang terjadi, semua yang berlaga bisa urus Si Remun (urus administrasi) untuk menjawab Si Remun dari pada
melakukan tugas utamanya. Si Bos malah
tenang tanpa masalah, untuk mengevaluasi Si
Remun yang mengebiri Si Tulang Punggung atau bawahan Si Bos. Apalagi membahas mengenai
suasana akademiknya, Si Bos lebih
sibuk juga mencari posisi aman untuk menjawab Si Remun.
Si
Remun mengabaikan keadilan distributif
Menarik untuk di diskusikan lebih
dalam pada level Indonesia dan NTT termasuk di Undana, semua orang yang telah
menjadi pekerja dan bergaji tentu akan aman dalam segala hal, termasuk menjadi Pimpinan
di semua komponen dalam Undana (Si Bos)
untuk Si Remun. Si Remun
adalah pihak yang menghitung kinerja dosen dan pegawai secara matematika untuk
dibayar secara berimbang, terakumulasi dan terbatas. Perhitungan tersebut
sangat logis untuk yang berkesempatan dan yang telah berkinerja menurut ukuran Si Remun,
namun akan menjadi tidak subtansi lagi apabila dihitung secara berimbang,
terakumulasi dan terbatas.
Keadilan distributif menghendaki
agar setiap pekerjaan dinilai secara proporsionalitas atau kesebandingan
berdasarkan jasa, kebutuhan, dan kecakapan. Untuk itu setiap layanan harus proposional
dan sebanding dengan layanan yang telah terlaksana, terutama dosen setelah
membimbing dan menguji setiap mahasiswa. Sementara apabila Si Remun hanya membayar Si Bos
tanpa mempertimbangan aspek perencanaan kerja, target kerja dan luaran dari
urusan pengelolaan komponen itu, maka Si
Remun telah mengabaikan keadilan
distributif dalam setiap kinerja dosen di Undana. Sementara dosen telah
melaksanakan tugas untuk sebesar-besarnya bagi sivitas akademika undana dalam
suasana akademik. Malah Si Remun mengabaikan hal proposionalitas
dan kesebandingan untuk membayar Si Tulang Punggung. Tentu hal ini akan terjadi kecemburuan yang tidak pernah akan
selesai.
Kecemburuan antara Si Bos dan Si Tulang Punggung bisa terukur dari tidak terakumulasi dan
berimbang diantara salah satu tugas pokok dan fungsi yang diterima oleh Si Tulang
Punggung. Misalnya sekalipun telah
memperoleh SKS yang semaksimalnya, dan belum terakumulasi dari tridharma PT
dari pada kinerja Si Bos namun Si Remun tidak mau menghargai dan membayarnya.
Ataupun Si Tulang Punggung telah
berkinerja mendekati target perhitung Si
Remun namun tetap saja Si Remun
mengabaikannya sementara itu Si Bos
hanya terakulasi dengan 9 SKS saja, sudah bisa mendapat nilai bayaran yang fantastis dari Si Remun Undana. Oh.... kejamnya Si Remun kapan kau berpihak kepada Si Tulang Punggung ini???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar